Weekly Market Review
IHSG kembali ditutup menguat di pekan lalu, mengacuhkan kinerja indeks saham regional Asia dan Wall Street yang mengalami koreksi penurunan berkat imbas penurunan harga komoditi dan kekhawatiran mengenai laju pemulihan ekonomi AS tidak sekuat perkiraan investor sebelumnya. Kenaikan saham perbankan dan grup Astra (ASII, AALI, UNTR) menopang kinerja IHSG yang mendapatkan keuntungan dari laporan inflasi RI bulan September yang masih terkendali (1.05% m/m, 2.83% y/y) pada pekan lalu, meski laju kenaikan dibatasi oleh aksi profit-taking di saham grup Bakrie (BUMI-paska laporan pinjaman CIC China; BNBR, ELTY, ENRG) dan saham unggulan lainnya, menjelang pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari Senin (05/10) dan pertemuan Musyawarah Golkar (Munas) Golkar pada 4-8 Oktober. Negatifnya kondisi di luar negeri, ikut membebani laju kenaikan IHSG menghadapi level psikologis 2,500. IHSG menguat 35.264 poin (1.43%) pekan lalu, ditutup di 2,479.848,
Hari Jumat (02/10) IHSG menguat 1.877 poin (0.08%) menjadi 2,479.848. Investor asing bukukan net sell sebesar Rp 1.069 triliun miliar pekan lalu, dibandingkan net sell Rp 402 miliar miliar di pekan sebelumnya. Total pembelian oleh asing mencapai Rp 3,829 triliun selama sepekan. Sedangkan investor melakukan pembelian mencapai Rp 10 triliun. Saham BUMI mencatatkan saham paling aktif.
Indeks saham Asia mengalami penurunan terbesar dalam 6 pekan terakhir di tengah kekhawatiran rally selama 7 bulan telah melampaui prospek pemulihan ekonomi di Asia. Saham perbankan (Mitsubishi UFJ Financial Group Inc), otomotif (Toyota Motor Corp; anjloknya penjualan otomotif di AS), property (Glorious Property Holdings Ltd Hong Kong), mendorong indeks MSCI Asia Pasific anjlok 2.8% menjadi 114.46 pekan lalu, setelah menguat 62% dari level terendah 5-tahun pada 9 Maret dan terkoreksi 3.7% dari level tertinggi 1-tahun pada 17 September lalu. Lemahnya data ekonomi AS (ADP Employer, Chicago PMI, ISM Manufacturing, Jobless Claims dan antisipasi lemahnya unemployment & payroll AS) dan Jepang (survei Tankan BOJ), ikut membebani kinerja saham Asia. Sementara indeks saham Shanghai China masih mengalami masa liburan dari 1-8 Oktober, Kospi Korsel pada 05 September).
IHSG Outlook
Potensi kenaikan IHSG masih terbuka pada pekan ini, karena sejumlah sentimen yang positif, didukung oleh solidnya faktor fundamental ekonomi nasional dan emiten domestik dan kondisi teknikal trend bullish jangka pendek & jangka menengah (meski trend jangka panjang masih bearish; bear market rally???). Meski potensi kenaikan IHSG pekan ini di tengah kekhawatiran pemulihan ekonomi global tidak sekuat perkiraan pasar sebelumnya dan menghadapi sejumlah tahanan kuat di level psikologis 2,500 dan pertemuan RDG BI pada awal pekan ini.
Sejumlah sentimen yang dapat menopang kinerja IHSG pada pekan ini diantaranya: spekulasi pembentukan kabinet terbaru Presiden SBY di awal bulan Oktober diperkirakan akan berisi calon-calon yang dianggap positif dimata pelaku pasar saham domestik, potensi kenaikan harga saham grup Bakrie yang masih mendominasi volume perdagangan di IHSG menjelang Munas Golkar (4-8 Oktober 2009), dengan perkiraan keunggulan Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum Golkar periode 2009-2014 dapat meningkatkan manuver grup Bakrie di masa mendatang. Membaiknya kondisi ekonomi dari laporan ekspor RI bulan Agustus (8.89% m/m; tembus US$ 10.55 miliar), merupakan nilai tertinggi sejak November 2008 dan inflasi bulan September terlihat terkendali, meningkat 2.83% y/y meski meningkat 1.05% m/m akibat kenaikan harga pada Ramadhan dan Idul Fitri sehingga mendorong perkiraan BI akan mempertahankan suku bunga BI 6.5% pada pertemuan hari Senin (05/10) dan membuka peluang untuk penurunan suku
bunga acuan di akhir tahun ini. Sejumlah institusi masih melihat positifnya prospek pertumbuhan ekonomi dan kinerja emiten domestik seperti kenaikan target IHSG oleh Credit Suisse menjadi 2,685, revisi pertumbuhan ekonomi RI oleh Asian Development Bank (ACB) dan International Monetary Fund (IMF) baru-baru ini. Potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS karena imbas penguatan mata uang regional Asia-Pasific tengah membengkaknya defisit anggaran dan isu diversifikasi cadangan devisa bank sentral global. Prospek laporan earning emiten kuartal 3 2009 akan solid berkat tingginya daya beli masyarakat, rendahnya suku bunga dan inflasi, kenaikan harga komoditi dan isu positif (merger dan akuisisi, isu kenaikan harga tol dan elpiji, kredit perbankan naik 11% di bulan September), seharusnya memberikan daya tarik untuk saham domestik.
Meski laju kenaikan IHSG masih dibayangi oleh sejumlah sentimen negatif yang dapat muncul, sehingga dapat membatasi potensi kenaikan bahkan dapat memicu aksi profit-taking seperti: mahalnya valuasi saham IHSG (PER 31.51x) dibandingkan saham regional lainnya di Asia Tenggara, jika hasil pembentukan kabinet terbaru Presiden SBY, Munas Golkar diluar dan signal dari BI di luar ekspektasi pasar, investor asing masih mencatat net selling Rp 1.069 triliun pada pekan lalu dari sebelumnya net sell Rp 402 miliar, kinerja trend bullish indeks saham regional Asia rapuh (kekhawatiran ekonomi China overheating sehingga dapat picu spekulasi pengetatan kebijakan moneter China) dan Wall Street (PER S&P 500 19.2x) di tengah memburuknya kondisi ekonomi di bulan September (lebih rendah dari perkiraan data ISM Manufacturing, Jobless Claims, Non Farm Payroll AS) menjelang dimulainya musim earning Q3 2009 (Alcoa; 07/10) dan potensi koreksi penurunan harga komoditi (jika minyak
gagal mencapai diatas US$ 72, emas gagal menembus US$ 1,026/1,033; nickel gagal menembus US$ 19,200, CPO gagal tembus Myr 2,300), dapat membebani kinerja IHSG pada pekan ini.
Stock Picks:Average last 15 week +85.21%. Target 10-30%, Risk < -10%
Buy: BUMI, INDF, JSMR, AALI, SGRO, TLKM, UNTR, SMCB, CPIN,
PGAS, KLBF, MEDC, BMRI, BBRI, SMGR, CTRA
Global Outlook
Indeks saham regional Asia dan Wall Street diperkirakan dapat mengalami technical rebound di awal pekan ini, karena investor global akan memindahkan perhatian mereka ke musim earnings di AS di tengah minimnya rilisan data ekonomi global, menjelang dimulainya musim earning di AS di pekan ini (Alcoa AS; 07/10) dan testimony Fed Bernanke (08/10), paska sejumlah data ekonomi AS mengecewakan termasuk data tenaga kerja AS (Non Farm Payroll -263k, Unemployment 9.8% di bulan September). Indeks Standard & Poors 500 dan DJIA mengalami penurunan 2-pekan pertama sejak Juli 2009, karena data manufaktur dan pengangguran yang mencapai level tertinggi 26-tahun, mendorong kekhawatiran pemulihan ekonomi lebih lambat dari perkiraan. Tetapi keyakinan investor global dapat meningkat setelah di kuartal kedua, 72.3% earning perusahaan di S&P 500 melampaui perkiraan analis. Survei Bloomberg melihat keuntungan perusahaan di S&P 500 akan merosot 23% di kuartal 3 2009 , rebound
63% di kuartal 4. Sementara analis Deutsche Bank melihat earning emiten di S&P 500 di Q3, mungkin melampaui perkiraan analis karena penurunan biaya-biaya dapat menjadikan perbaikan marjin.
Sementara hasil pertemuan negara G7 di Turki, menunjukkan sikap untuk memulihkan kestabilan finansial dan menyediakan stimulus ekonomi, melihat signal pemulihan ekonomi global tetapi kondisi pertumbuhan ekonomi masih rapuh dan kondisi tenaga kerja belum membaik, mendorong penguatan dolar AS. Laporan penutupan 3 bank di AS di pekan lalu, sehingga menjadi total 98 bank ditutup di sepanjang tahun ini, mendorong kekhawatiran trend kenaikan pengangguran di AS dapat mengganggu kestabilan sistem perbankan di AS yang masih rapuh dan data ekonomi AS dirilis baru-baru ini. Profesor Nouriel Roubini, sebelumnya akurat memprediksikan krisis finansial, mengatakan pasar saham dan komoditi mungkin terkoreksi di bulan mendatang karena laju pemulihan global mengecewakan investor, diikuti pernyataan Ex Chairman the Fed bahwa AS seharusnya tidak mempertimbangkan stimulus ke-2 meski pengangguran sepertinya menembus 10%. Hal-hal tersebut memberikan sentimen negatif kepada
kinerja indeks Asia dan dapat membatasi potensi kenaikan di pekan ini. Sementara dari sisi teknikal trend bullish indeks DJIA terancam jika ditutup harian dibawah 9,435, trend berbalik bearish untuk target 9,260/9116. Potensi rebound terbatas di 9,725.
Technical Analysis:
IHSG diperkirakan masih dapat melanjutkan laju kenaikan di pekan ini, karena sejumlah indikator menunjukkan pola bullish continuation seperti ADX masih menunjukkan buying signal, MACD & stochastic bullish, penutupan di atas 5 & 10 week MA, berada dalam uptrend channel dan bullish pennant, seharusnya membatasi potensi penurunan dan indikasi reversal. Trend bullish IHSG masih terjaga selama ditutup mingguan diatas 2,397 (short-term trendline support) untuk target 2,504 (trendline)-2,555 (projection FE 100.0 & middle channel line). Tetapi jika IHSG gagal mempertahankan 2,397, IHSG dapat mengarah ke support 2,271 (double bottom)/2,200 (20-week MA) dan dapat mengancam trend bullish jangka menengah. Hitungan EW menunjukkan IHSG saat ini berada di wave v/5 dalam 3.
Resistance: 2547.87/2520.86/2500.36/2483.60. PP 2466.85
Support : 2456.60/2446.35/2412.84/2385.84
Download UBI Weekly Newsletter Vol 297 (Code TF)
No comments:
Post a Comment