Friday, February 5, 2010

Meningkatnya Sentimen Negatif Picu Risk Averse Untuk Saham & Komoditi

IHSG Outlook
Momentum kenaikan IHSG tidak sekuat perkiraan sebelumnya, berkat spekulasi pemulihan ekonomi global dapat terganggu oleh memburuknya situasi finansial sejumlah negara di Eropa (Portugal, Spanyol, Yunani) yang mengalami kesulitan untuk mendanai defisit anggaran dan lemahnya data penjualan ritel Australia bulan Desember, mendukung langkah bank sentral Australia untuk menahan laju suku bunga kemarin, membebani kinerja indeks saham regional Asia yang berimbas negatif kepada IHSG. Kondisi tersebut memperburuk prospek saham global di pekan mendatang, karena masih dibayangi kekhawatiran pengetatan kredit dari China hingga India, mendorong spekulasi kenaikan suku bunga di bulan mendatang, dapat menurunkan daya tarik untuk saham dan komoditi global. Meski prospek saham domestik masih lebih baik ketimbang saham regional Asia lainnya, berkat solidnya pertumbuhan ekonomi dan emiten domestik di tahun 2009, didukung oleh keputusan BI tetap menahan laju suku bunga 6,5%, cadangan devisa melonjak hingga $ 69,6 miliar di akhir bulan lalu dan antisipasi 2 IPO listing pekan depan (PT.PP & PT.Benakat) dapat menopang kinerja IHSG.

Global Outlook
Meningkatnya sentimen negatif dari benua Eropa dan AS, dapat menghambat momentum indeks saham regional Asia dan Wall Street untuk rebound di akhir pekan ini, setelah investor khawatir terhadap kemampuan sejumlah negara di Eropa (Portugal, Spanyol, Yunani) membiayai defisit anggaran di tahun ini, meski Presiden ECB Trichet setelah memutuskan menahan laju suku bunga di 1,0%, menyatakan yakin Yunani dapat memangkas defisit anggaran, diperburuk oleh kenaikan lebih tinggi dari prediksi pasar dalam data Jobless Claims (480K) di pekan lalu dan laporan dari MasterCard Inc dan Kellog Co yang mengalami penurunan pendapatan, diikuti Boeing Co mendapatkan sentimen negatif dari prediksi Boeing Co dan Airbus terhadap lesunya permintaan dalam 2 tahun mendatang. Kekhawatiran terhadap rating utang AS setelah Moody’s akan meninjau kembali rating AAA milik AS jika tidak ada perubahan dari defisit anggaran, ikut membebani kinerja saham Wall Street di akhir pekan ini. Meski di pekan ini data ISM AS meningkat dari periode sebelumnya, Productivity Q4 AS melonjak 6,2%, Unit Labor Cost merosot ke 4,4% dan 77% emiten di S&P 500 yang telah merilis earning untuk Q4 2009 tercatat melampaui estimasi EPS analis, seharusnya memberikan support kepada indeks saham global, menjelang dtaa tenaga kerja AS dan pertemuan G7.
PT. Universal Broker Indonesia Securities (TF). UBI Newwsletter Vol 380

No comments:

Post a Comment