Market Review
Sejumlah sentimen negatif dari dalam dan luar negeri mendorong kejatuhan IHSG yang mengalami pergerakan yang volatile di pekan lalu, dimana kekhawatiran terhadap kemelut antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) – Polri yang telah menyeret nama RI-1, imbas penguatan dolar AS terhadap rupiah ke level tertinggi Rp 9.700, katalis negatif dari isu repo saham PT Bumi Resouces (isu repo dihargai Rp 2.400) dan aksi forced sell dan margin calls portofolio investor dalam jumlah besar, telah merontokkan IHSG ke level terendah 2,236 di akhir pekan lalu. IHSG juga mendapatkan sejumlah katalis negatif dari kondisi eksternal yang tidak mendukung. Dimana sejumlah analis AS menurunkan rating saham perbankan AS dan sejumlah data ekonomi AS tercatat dibawah prediksi pasar (Consumer Confidence CB, Sentiment Michigan, Home Sales, Personal Spending, meski GDP Q3 AS tercatat diatas prediksi pasar) diikuti sejumlah earning kuartal 3 2009 sejumlah emiten di regional Asia
tercatat dibawah prediksi analis, imbas penurunan harga komoditas global (harga minyak anjlok ke US$ 76/barel dari tertinggi US$ 81.50/barel) berkat penguatan dolar AS terhadap mata uang global, terkoreksinya indeks saham regional Asia dari kekhawawatiran kebijakan pengetatan moneter di China, India dan Hong Kong, ikut menjadi biang pemicu terkoreksi tajamnya saham domestik. Meski laju penurunan IHSG dapat dibatasi oleh sejumlah laporan keuangan emiten di kuartal 3 2009 yang tercatat lebih baik dari prediksi pasar. IHSG anjlok 100,25 poin (-4.06%) pekan lalu, ditutup di 2.367,70. Hari Jumat (30/10), IHSG naik 23,67 poin (+1,00%) menjadi 2.467,95. Investor asing bukukan net sell Rp 410,54 miliar, dibandingkan net sell Rp 1,8 triliun (23/10).
Indeks saham Asia mencatat penurunan mingguan terbesar dalam 1 bulan karena terkoreksinya harga komoditi dan mengecewakannya hasil laporan keuangan sejumlah emiten yang meredam keyakinan ekonomi global dapat mempertahankan pemulihannya. Indeks MSCI Asia Pasific anjlok 2.6% menjadi 116,46 pekan lalu, penurunan tertajam sejak pekan 5 Oktober, dan melemah 1,3 persen di bulan lalu. Indeks telah menguat selama 7 bulan berturut-turut hingga bulan September (naik 65%) berkat spekulasi stimulus pemerintah global dan kebijakan moneter yang lebih lunak akan mempercepat laju pemulihan global. Di bulan lalu, laporan laju penurunan ekspor China melambat, industri jasa AS meningkat untuk pertama kali di tahun ini dan kejutan bank sentral Australia dan Norwegia menaikkan suku bunga dan memberikan signal akan menaikkan suku bunga di bulan mendatang. Sejumlah analis melihat mahalnya valuasi saham AS, meski data pertumbuhan ekonomi AS kuartal 3 2009, tercatat diatas
prediksi pasar, gagal memberikan support kepada indeks Asia.
IHSG Outlook
IHSG pada pekan ini diperkirakan akan mendapatkan tekanan di awal pekan in, berkat katalis negatif dari dalam dan luar negeri yang membayangi kinerja IHSG yang saat ini telah berada dalam trend penurunan baik trend jangka pendek hingga jangka panjang. Kisruhnya antara KPK – Polri yang dapat mengganggu ikli investasi di tanah air, keraguan mengenai tim Ekonomi KBI 2 dan rencana penerbitan obligasi denominasi dolar AS PT Bumi Resources (5 November 2009) dari isu dalam negeri. Diikuti meningkatnya isu negatif dari luar negeri seperti potensi penguatan dolar AS terhadap rupiah dan mata uang global lainnya, berkat rontoknya harga saham Wall Street dan penurunan harga komoditi global, meningkatnya kekhawatiran mengenai rencana kenaikan suku bunga China, India dan Hong Kong, sektor perbankan AS setelah sejumlah analis menurunkan rating saham emiten bank AS dan isu kebangkrutan CIT Group meski mendapatkan bantuan dari investor Carl Icahn dan Goldman Sachs,
laporan anjloknya tingkat konsumsi rakyat AS di bulan September dan sentimen Michigan AS anjlok di bulan Oktober, menjelang pertemuan bank sentral AS (FOMC Meeting – 03 & 04 November), dapat bebani kinerja IHSG awal pekan ini.
(Chart Weekly Dolar Rupiah: Trend bearish, meski oversold, potensi penurunan terbatas, perkiraan range pekan ini Rp 9.450-9.750)
Meski musim laporan keuangan emiten kuartal 3 2009, pada akhir pekan lalu yang positif, dimana mayoritas hasil lapkeu saham unggulan tercatat lebih baik dari periode sebelumnya (BMRI, BBRI, TLKM, BBCA, JSMR, GGRM, HSMP, SMGR, SMCB), menjelang rilisan data ekspor-impor, inflasi RI bulan Oktober (02-11-2009), diperkirakan akan lebih rendah dari bulan September (BPS: prediksi dibawah 0,5% m/m) karena penurunan harga komoditi paska lebaran, dimana mendorong perkiraan Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan 6,5% di awal bulan ini, dapat membatasi laju penurunan IHSG di awal pekan ini.
Sementara perkiraan BI akan pertahankan suku bunga acuan 6.50% (04 November), RBA Australia akan menaikkan suku bunga 25 bsp pada 3 November, the Fed masih akan mempertahankan suku bunga acuan Fed fund di kisaran 0 – 0,25% pada pekan ini (03-04 Nov), diikuti potensi data ISM Manufacturing AS (02-11) dan data Non Farm Payroll AS (06-11) akan tercatat lebih baik dari prediksi pasar, seharusnya dapat meningkatkan daya tarik kepada investor untuk akumulasi sejumlah saham domestik yang memiliki isu positif dari hasil lapkeu Q3 2009 dan rencana ekspansi/aksi korporasi di akhir pekan ini (05-06 November 2009), meski pergerakan saham grup Bakrie patut diwaspadai (isu lapkeu Q3 dan obligasi BUMI), dimana dapat membatasi perkiraan laju penguatan IHSG.
.
Stock Picks:Average last 18 week +91.48%. Target 10-30%, Risk < -10%
Hold Buy - 03/11: BBRI 7.500/ BMRI 4.650//PTBA 14.800/ADRO 1.590 /PGAS 3.675/SDRA 330/INKP 1.870/AKRA 1.170/BSDE 710/SMGR 6.750 /SMRA 595.
Buy (03/11): BMRI/BBCA/BBRI/ADRO/INCO/PGAS/SDR/BSDE/SMCB/ASII
Buy on weakness: BUMI/ENRG/HEXA/MEDC/SMRA Global Outlook
Indeks saham regional Asia dan Wall Street diperkirakan akan mengalami tekanan lebih lanjut dari sejumlah isu negatif dari isu kebangkrutan CIT Group yang mengajukan chapter 11 di AS, meski mendapatkan bantuan dari investor Carl Icahn dan Goldman Sachs di akhir pekan, diikuti data ekonomi AS yang mengecewakan di akhir pekan lalu (Personal Spending, Sentiment U Michigan), diikuti penurunan harga komoditi global, dapat picu aksi profit taking hari Senin. Meski indeks saham regional dan Wall Street diprediksi dapat mengalami technical rebound di pertengahan pekan ini (03-06 Nov) berkat data manufacturing China bulan Oktober meningkat ke 55.2 (tertinggi dalam 18 bulan), perkiraan data ISM Manufacturing AS dirilis hari Senin (02/11) dan perkiraan bank sentral Australia akan menaikkan suku bunga 25 bsp pada pertemuan RBA hari Selasa (03/10) dan menjelang pertemuan bank sentral AS (03-04 Nov), bank sentral Eropa (ECB) & bank sentral Inggris (BOE) diperkirakan
pertahankan suku bunga, hingga data tenaga kerja AS hari Jumat (Non Farm Payroll diprediksi -175K dari -263K, Unemployment +9.9% dari 9.8%) dapat memberikan support kepada indeks saham global. Meksi valuasi fundamental saham indeks S&P 500 dan MSCI World Index relatif mahal, diikuti kondisi teknikal yang menunjukkan potensi penurunan (Chart: weekly DJIA menunjukkan signal reversal dari weekly breakout rising wedge, wave (3), monthly candle doji star), dapat batasi laju dari potensi technical rebound pekan ini.
Earning Emiten AS pekan ini:
Senin: Ford, Clorox, Humana, Loews, CNA, Sysco and Dean Foods.
Selasa: Archer-Daniels, Emerson Electric, AmerisourceBergen, MasterCard, Marvel Entertainment, Medco, Polo Ralph Lauren, Viacom and Vornado. Kraft, Hartford Financial.
Rabu: Time Warner, Total, Automatic Data, Baker Hughes, Becton Dickinson, Comcast, Devin Energy, El Paso, Foster Wheeler, Marsh McLennan, Molson Coors, Nissan, Cisco, Allstate, Murphy Oil, News Corp
Kamis: Toyota, Cigna, CVS Caremark, MGM Mirage, Sara Lee, Thomson Reuters, Unilever, Dynegy, Dr. Pepper Snapple, Teradata, Kimco Realty and Nasdaq OMX report ahead of the bell. Jumat: Starbucks, Public Storage, NVIDIA, CBS, International Game Technology, Activision Blizzard, Crocs and Vera Sign. Fortress, Mirant, Edison International.
Technical Analysis:
IHSG diperkirakan masih berada dalam trend bearish jangka pendek (Bear Market Rally???), setelah pekan lalu menembus double bottom support di 2,271, meski berhasil ditutup diatas level tersebut (false break?), karena sejumlah signal negatif terlihat dalam chart monthly: dark cloud cover (indikasi strong bearish reversal); weekly: candle weekly two crows (indikasi bearish continuation) dan daily chart menunjukkan candle downside tasuki (indikasi bearish continuation), ADX menunjukkan uptrend, Stochastic berada dalam teritorial overbought, meski MACD masih berada dalam teritorial positif, seharusnya masih mendukung potensi kenaikan terbatas dan cenderung ditutup melemah pekan ini. Sementara trend jangka menengah masih bullish selama ditutup diatas channel support & 5 week MA di 2.297 untuk target 2.410-2.550. Jika ditutup di bawah level 2.297, IHSG dapat terkoreksi lebih lanjut di pekan mendatang ke target 2.137 (down channel support)/2.090. Hitungan EW
menunjukkan IHSG telah menyelesaikan wave 3/5, saat ini daam proses wave koreksi minor ABC dalam wave 5/B.
Resistance: 2421.80/2483.94/2542.06/2600.18. PP 2359.66
Support : 2301.54/2243.42/2181.28/2119.15
(Chart IHSG Monthly: menunjukkan signal reversal dari pola candle dark cloud cover: mendukung perkiraan range bulan ini: 2.140-2.530)
www.strategydesk.co.id
www.universalbroker.co.id (Code TF)
No comments:
Post a Comment