Market Review
IHSG kembali gagal mempertahankan momentum kenaikan pada pekan lalu, di tengah lebih singkatnya hari perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) BEI karena liburan Idul Adha (27/11), menyebabkan investor domestik dan asing melakukan aksi profit-taking di hampir semua saham unggulan. Kondisi tersebut diperburuk oleh rencana penerbitan saham baru (Right issue) oleh anak usaha saham Grup Bakrie seperti PT Enegy Persada Tbk (ENRG) (RI dengan harga Rp 185) dan PT. Darma Henwa (RI dengan harga Rp 100), telah merontokkan saham grup Bakrie lainnya seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT. Bakrie Brothers TBk (BNBR) yang meluas kepada saham unggulan lainnya di BEI. Situasi politik di tanah air ikut membebani kinerja IHSG pada pekan lalu, paska Pidato Presiden SBY yang dianggap mengambang dan memberikan ketidakpastian terhadap penyelesaian kasus PT Bank Century dan Kasus KPK-Polri. Di akhir pekan, BEI kembali mendapatkan isu negatif dari laporan gagal bayarnya utang obligasi Dubai World, salah satu kendaraan investasi pemerintah Dubai, senilai US$ 59 miliar, telah merontokkan seluruh indeks saham global pada hari Kamis, ikut memberikan tekanan kepada IHSG untuk terkoreksi tajam pada akhir pekan lalu. IHSG anjlok 93,841 poin (%-3.7) pekan lalu, ditutup di 2.393,519. Hari Kamis (27/11), IHSG anjlok 68,009 poin (-2,77%) menjadi 2.393,519. Investor asing membukukan net sell Rp 339,94 miliar pada pekan lalu, dibandingkan net buy Rp 178,4 miliar di pekan sebelumnya.
Indeks saham Asia anjlok untuk pekan kedua berturut-turut berkat kekhawatiran perusahaan akan membukukan kerugian dari rencana Dubai World untuk menunda pembayaran utang obligasi dan penjualan saham oleh bank-bank di Asia akan menurunkan nilai kepemilikan yang ada. Saham Kajima Corp anjlok 16% setelah Daiwa Securities SMBC Co mengatakan perusahaan kontraktor Jepang mungkin kehilangan “puluhan miliar yen” jika dana investasi Dubai menunda pembayaran hutang. Bank of China Ltd, di pekan lalu mempertimbangkan untuk menjual saham baru. Saham Sony Corp, anjlok 6% karena dolar anjlok ke level terendah 14-tahun terhadap yen. Santos Ltd, produsen gas dan minyak Australia, anjlok 4,6% karena harga minyak terkoreksi ke US$ 76 di sesi Asia hari Jumat (27/11). Indeks MSCI Asia Pasific anjlok 2,6% menjadi 113,90 di pekan ini, sebagian besar terpukul oleh perusahaan finansial.
IHSG Outlook
Setelah IHSG mengalami koreksi penurunan yang signifikan di pekan lalu, potensi penurunan IHSG pada pekan ini relatif terbatas, karena isu negatif dari gagal bayar utang obligasi US$ 59 miliar Dubai World, salah satu kendaraan investasi pemerintah Dubai, di pekan lalu, terlihat bersifat knee jerk effect kepada indeks saham global pada pekan ini, karena pemerintah Dubai berinisiatif membantu keuangan Dubai World yang nilai relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pemicu krisis financial di tahun 2007 dari laporan kerugian finansial sebesar ratusan miliar dolar yang dipimpin oleh kebangkrutan Lehman Brothers Co AS. Indonesia juga dilaporkan tidak memiliki eksposur struktural dengan Dubai. Sementara isu negatif dari rencana penerbitan saham baru (right issue) anak usaha PT Bakrie Brothers Tbk (BNBR) pada pekan lalu, diperkirakan dapat diredam oleh spekulasi sejumlah laporan keuangan dari PT. Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), PT Bakrie Development Tbk (ELTY) dan PT Bakrie Plantations Tbk (UNSP), mayoritas akan menunjukkan kinreja perseroan yang solid dan masih mencatat kenaikan laba bersih ketimbang periode sebelumnya di tahun 2008.
Peluang buy on weakness sejumlah saham unggulan yang memiliki kinerja dan isu positif seperti pembelian 14% saham divestasi PT Newmont (untungkan BUMI & DEWA) dan spekulasi laporan keuangan PT Bumi Resources per September 2009 dirilis awal bulan Desember, diikuti rencana pembagian dividen oleh sejumlah emiten seperti TLKM (Rp 26,65), INCO (Rp 105l kurs Rp 9.500), ADRO (Rp 12), BBRI (Rp 45,74), PTBA (Rp 66,75), PGAS (Rp 10), SMGR (Rp 58), seharusnya dapat memberikan support kepada IHSG. Laporan bantuan Pemerintah Dubai kepada Dubai World di akhir pekan, dapat meredakan aksi penjualan saham yang paling terpukul di akhir pekan lalu, di tengah kondisi oversold di sejumlah saham unggulan, terutama saham dari grup Bakrie dan saham komoditi pertambangan batubara dan logam.
Perkiraan solidnya fundamental ekonomi dalam negeri dan masih kuatnya aliran dana masuk ke pasar modal domestik di tengah trend penurunan dolar AS terhadap mata uang utama global, seharusnya masih menopan kinerja IHSG pekan ini. Terutama menjelang rilisan data inflasi RI bulan November yang diperkirakan 0,05% - 0,2% (konsensus ekonom domestik), meski adanya perayaan Idul Adha dan kenaikan harga emas ke rekor tertinggi US$ 1.195/troy ons pada pekan lalu, tidak akan cukup untuk mendongkrak inflasi untuk meningkat lebih tinggi. Kondisi tersebut akan mendorong Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga 6,5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan ini. BI memproyeksikan inflasi di tahun 2009 akan berada di kisaran 3,6% - 3,7%, merupakan rekor terendah yang pernah terjadi di Indonesia, diikuti ekspektasi pertumbuhan ekonomi RI tahun ini akan mencapai 4-4,5% dan 5,5,5% di tahun 2010, dapat membatasi potensi penurunan dari isu negatif yang akan datang.
Chart IHSG & PT BUM Resources Tbk (BUMI) I(Source: finance.yahoo.com)
Terlihat saham BUMI underperform terhadap kinerja IHSG di pekan lalu.
Meski kekhawatiran terhadap meluasnya efek domino dari krisis dari Dubai World, kinerja indeks saham regional yang masih rapuh ditengah mahalnya valuasi indeks saham dan rencana penjualan saham baru di berbagai negara di Asia diikuti kondisi teknikal yang overbought, dapat membatasi potensi technical rebound saham unggulan di IHSG. Sementara hak Angket DPR untuk kasus Bank Century pada hari Selasa (01/12), valuasi saham di IHSG relatif lebih mahal (PER 15.3x; P/E 25x) dibandingkan dengan valuasi indeks saham MSCI Asia Pasific (P/E 21x) dan isu 'bubble' aset saham dan komoditi global masih menghantui kinerja IHSG dipekan ini.
Global Outlook
Potensi penurunan indeks saham global diperkirakan terbatas pada pekan ini, karena isu negatif dari krisis Dubai World akibat gagal bayar hutang obligasi senilai US$ 59 miliar dapat diredam oleh pemerintah Dubai yang siap membantu keuangan Dubai World dan siap membanjiri likuiditas ke pasar dan spekulasi testimoni Chairman Fed Ben Bernanke pada hari Kamis dan data tenaga kerja AS hari Jumat yang menunjukkan pelambatan penurunan payroll AS dibulan November, seharusnya memberikan peluang Buy On Weakness indeks saham global di awal pekan hingga akhir pekan ini. Eksposur perbankan AS terhadap Dubai World relatif kecil dibandingkan dengan perbankan Eropa dan Jepang, seharusnya membatasi efek terburuk kepada indeks saham AS yang masih menjadi benchmark untuk pergerakan indeks saham global saat ini. Mata uang dolar AS yang masih berada dalam tren penurunan, meski pada pekan lalu dolar mengalami technical rebound, karena kasus gagal bayar hutang Dubai World yang telah meningkatkan credit debt swap (CDS) Dubai dan Bahrain yang telah meningkatkan resiko gagal bayar premi di negara emerging pada akhir pekan lalu, diperkirakan masih memberikan support kepada pasar saham dan komoditi global. Masih banjirnya likuiditas paska pertemuan G20 dan KTT APEC pada bulan lalu yang sepakat mempertahankan stimulus global senilai US$ 2 triliun dolar dan meredam spekulasi penaikan stimulus oleh bank sentral Eropa dalam beberapa bulan mendatang dan kenaikan suku bunga global, ikut memberikan support kepada indeks saham global pekan ini. Kondisi teknikal indeks saham DJIA dan indeks saham MSCI World Index yang masih berada dalam trend bullish jangka pendek, dapat menopang kinerja bullish jangka pendek. Lapoan positif di akhir pekan dari hasil penjualan ritel di toko-toko AS pada liburan Thanksgiving di akhir pekan lalu, lebih tinggi dari periode tahun lalu dan rencana penawaran saham perdana (IPO) di negara Emerging lebih tinggi 15 kali lipat ketimbang di negara maju, masih dapat support kinerja indeks saham regional Asia. Sejumlah data ekonomi global (PMI China, GDP Euro, ISM - Payroll AS, masih dapat menopang kinerja indeks saham global.
Chart DJIA Weekly: Trend bullish, selama masih bertahan diatas trendline 10,050, target 10,500/10,580, support 10,230/10,100.
Technical Analysis:
IHSG menunjukkan signal negatif dari pola candle bearish engulfing (indikasi bearish reversal yang kuat), gagal bertahan diatas 76,4% Fibonacci Retracement 2838-1089 di 2.425, ditutup di bawah 5 & 10 week MA dan masih belum dapat menembus trendline resistance medium term di 2.523, seharusnya mendukung strategy hold sell area 2.491-2.525 untuk target 2.391/2.330 (stop loss diatas 2.559) yang membatasi potensi kenaikan pada pekan ini. Indikator ADX yang terkoreksi (indikasi potensi penurunan terbatas), stochastic dan MACD masih berada di atas teritorial positif, seharusnya masih memberikan support kepada IHSG dalam 1-2 pekan ini. Meski trend jangka pendek masih terjaga jika IHSG dapat bertahan di atas channel support 2.375 pekan ini. Jika gagal dapat mengarahkan IHSG ke target support 2.230/2.200 pada pekan depan. Hitungan EW menunjukkan IHSG saat ini berada dalam fase koreksi ABC di iii/C dalam 4/(B), untuk target 2.230/2.330 (wave 2.62x wave B), selama level 2.494 tidak tercapai kembali dalam 1-2 pekan. Perkiraan range pekan ini: 2.300-2.450.
Resistance: 2533.12/2498.22/2463.32/2444.17. PP 2425.02
Support : 2355.22/2336.08/2316.93/2262.88
Stock Picks:Average last 21 week +100.69%. Target 10-30%, Risk < -10%
Hold (23/11) until 03/04 Des 2009 : BUMI 2.575/DEWA 186/PGAS 3.800/DOID 1680 /ASII 33000/MEDC 2675/ANTM 2.350/SMGR 7400/HEXA 2950/TRUB 145 /BKSL 99/PTBA 15000/ENRG 285/BMRI 4.700/DEWA /TLKM 8.950.
Buy on weakness: BUMI (2.175)/ASII 30.000/DEWA 106/ENRG 175
(Andri Zakarias Siregar)
No comments:
Post a Comment