Monday, September 28, 2009

Potensi Penurunan IHSG Di Awal Pekan Merupakan Peluang "Buy on Weakness"

Market Review
IHSG gagal mempertahankan trend kenaikan selama 3 pekan terakhir di akhir pekan lalu, meski sempat menguat pada hari pembukaan pasar (24/09) mengikuti liburan panjang Hari Raya Idul Fitri dari momentum positif seperti laporan pinjaman CIC China kepada PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebesar US$ 1.9 miliar, laporan tewasnya gembong teroris Noordin M Top, penguatan rupiah terhadap dolar AS setelah Moodys menaikkan rating mata uang lokal dan asing Indonesia dan Asian Development Bank (ADB) menaikkan prediksi pertumbuhan RI menjadi 4.4% dari 4.2% di tahun 2009. Tetapi katalis positif tersebut bersifat sementara karena IHSG mendapatkan sentimen negatif dari penurunan indeks saham regional dan Wall Street, penurunan harga energi dan pertambangan, diikuti aksi profit-taking menjelang pertemuan kepala negara G20 di AS. IHSG merosot 12.406 poin (-0.5%) pekan lalu, ditutup di 2,444.584, Hari Jumat (11/09) IHSG anjlok 24.318 poin (0.98%) menjadi 2,444.584. Investor asing bukukan net selling sebesar Rp 402 miliar pekan lalu, dibandingkan net buying Rp 1,798.94 miliar di pekan sebelumnya.

Indeks saham Asia melemah untuk pertama kali dalam 3 pekan terakhir karena anjloknya harga komoditi dan perusahaan mengambil keuntungan dari penguatan saat ini dengan menjual saham baru. Saham komoditi Asia (Aluminum Corp China, BHP Billiton Australia) dan finansial (Nomura Holdings Inc Jepang dan Guoyuan Securities China) mengalami penurunan yang signifikan di pekan lalu. Indeks saham komposit Shanghai paling terpukul (-4.2%) diantara indeks regional Asia. Dampak dari kenaikan 31% di tahun ini dan mahalnya valuasi saham regional, penguatan dolar AS dan yen, diikuti profit taking menjelang pertemuan G20 di AS, ikut membebani kinerja indeks Asia.

IHSG Outlook
Momentum trend bullish IHSG pekan ini akan terbatas, karena sejumlah sentimen negatif yang negatif dari luar negeri baru-baru ini diperkirakan kembali mendominasi pergerakan IHSG di awal pekan ini dan dapat meredam sejumlah sentimen positif dari dalam negeri. Meski secara keseluruhan potensi penurunan IHSG di pekan ini terbatas dan memberikan peluang “Buy on Weakness” di sejumlah saham yang memiliki isu fundamental, sentimen dan kondisi teknikal yang positif, karena trend bullish IHSG jangka pendek dan jangka menengah masih tetap utuh (target kisaran 2,500-2,550; periode 1 bulan), didukung oleh prospek fundamental ekonomi RI yang membaik dan perkiraan earning emiten domestik kuartal ketiga 2009 akan positif (lebih baik dari kuartal 1 & 2 2009).

Sejumlah isu positif dari dalam negeri, seperti penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah untuk pertemuan kepala negara Grup-20 di tahun 2013 (meningkatkan prestige dan kepercayaan di mata investor asing), dinaikkannya rating mata uang lokal dan asing RI oleh Moodys baru-baru ini, revisi kenaikan prediksi pertumbuhan ekonomi RI oleh Asian Development Bank (menjadi 4.4% di tahun 2009, dari 4.%), penguatan rupiah terhadap dolar (sentuh level tertinggi 1 tahun di Rp 9,585 di pekan lalu) menguntungkan saham domestik yang memiliki beban hutang dalam bentuk dolar AS, isu pemulihan ekonomi domestik dengan inflasi RI bulan September dirilis pekan ini yang terkendali (BPS memperkirakan inflasi September 2009 berkisar antara 0,6-0,9% dan tidak akan melampui angka 1%. Tingkat tahunan (Year on Year (YoY)) hanya berkisar antara 2,6-2,7%. Asumsinya, jika inflasi September 2009 di bawah inflasi September 2008 sebesar 0,97%) dan suku bunga acuan BI masih bepotensi menurun ke kisaran 6.0-6.25% hingga akhir tahun, investor asing masih membukukan net buying dalam 4 pekan terakhir (meski pekan lalu yang singkat mencatat net selling Rp 402 miliar), diikuti kinerja sejumlah saham unggulan (Isu CIC-Bumi, isu kenaikan harga elpiji-PGAS, kenaikan harga tol-JSMR & CMNP, ekspansi dan kinerja yang solid-TLKM, UNVR, UNTR, ASII, ANTM) dan saham lapis kedua/ ketiga (DILD, SDRA, BKSL, MYOR, AALI, SGRO), seharusnya dapat menopang kinerja IHSG pekan ini.

Chart Dolar Rupiah (USD-IDR):
Support 9,415, Resistance 10,100 (Trend Bearish Short-Term)













Meski valuasi saham IHSG yang mahal (PER 31.1x) diantara indeks saham regional di Asia Tenggara, kondisi indikator teknikal overbought dan divergence (MACD & Volume), isu penurunan rating 4 bank nasional oleh Moodys (BBRI, BMRI, BDMN, BTN), penguatan mata uang yen terhadap rupiah (Rp 107.5 di akhir pekan lalu) dapat membebani hutang luar negeri emiten domestik dan pemerintah hingga akhir tahun 2009, isu kenaikan harga tol (28 September) dan kenaikan harga elpiji 12kg dalam waktu dekat, meningkatkan resiko kenaikan inflasi bulan Oktober hingga akhir tahun (dapat menghambat laju penurunan suku bunga acuan BI), seharusnya dapat membatasi laju kenaikan IHSG di pekan ini, selain investor diperkirakan akan melakukan profit-taking di awal pekan ini berkat penurunan indeks saham Wall Street dari imbas penurunan data New Home Sales dan Durable Goods AS di bulan Agustus, meredam isu pemulihan ekonomi global di tahun ini dan hasil pertemuan G20 di AS yang menunjukkan perlunya kerjasama ekonomi dan mempertahankan stimulus global, diikuti harga komoditi global dan kekhawatiran terhadap rapuhnya sektor finansial dan trend kenaikan pengangguran global (total 95 bank di tutup di AS hingga pekan lalu; data pengangguran AS meningkat ke 9.8% dirilis pekan ini), dapat membatasi percepatan pemulihan ekonomi global, dapat membebani kinerja IHSG dan indeks saham regional Asia pekan ini.

Stock Picks:Average last 13 week +77.07%. Target 10-30%, Risk < -10%
Buy (29/08; sesi 2) : BUMI, INDF, JSMR, AALI, SGRO, TLKM, UNTR, SMCB, INKP, INCO, KLBF, SDRA, BMRI, BBRI, SMGR, CTRA

Global Outlook
Indeks saham regional Asia dan Wall Street diperkirakan akan mengalami aksi profit-taking di awal pekan ini, karena munculnya sejumlah sentimen negatif dari sejumlah data ekonomi global yang tercatat dibawah perkiraan di pekan lalu (Existing Home Sales, New Home Sales, Durable Goods AS, laporan 95 bank AS tutup hingga pekan lalu, ekspor Jepang anjlok, data Halifax Inggris, keuntungan perusahaan China anjlok 18%), pernyataan negatif Gubernur BOE Mervyn King mengenai kondisi perbankan Inggris dan mata uang poundsterling, pernyataan Gubernur Federal Reserve Kevin Walsh memicu perkiraan the Fed akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan dan kenaikan akan agresif mengikuti komentar Ex Chairman Fed Greenspan yang melihat resiko inflasi di AS, pernyataan ekonom peraih nobel Joseph Stiglitz, kekhawatiran AS akan menarik stimulus di bulan Oktober, penurunan harga minyak (target $ 62.20/58.30 jika ditutup dibawah $ 65.50; isu inventory minyak AS & isu nuklir Iran), emas (penutupan dibawah $ 982, target $ 948, resistance $ 1,033), diikuti sejumlah data yang dirilis pekan ini perkiraan data pengangguran AS akan capai 9.8% di bulan Agustus, GDP Q2 2009 Final AS diperkirakan direvisi turun menjadi -1.2%, GDP Q2 Inggris, dapat membebani kinerja indeks saham global berada dalam trend bullish (DJIA range 9450-9850 pekan ini).

Chart Oil weekly & Nickel Monthly (Sucden.com)




















Chart DJIA Weekly (trend bullish but overbought)

Meski isu pemulihan global paska pertemuan G20 di AS akhir pekan lalu (memangkas bonus executive, mempertahankan stimulus global dan meningkatkan kerjasama ekonomi antar anggota G20), kemenangan Kanselir Jerman Angela Merkel dalam pemilu di akhir pekan ini dan sejumlah laporan ekonomi global yang dapat mendorong perkiraan resesi global telah berakhir di tahun ini: seperti data consumer confidence AS, PMI China (Selasa), GDP Q2 AS (Rabu), Tankan BOJ, ISM AS dan testimony Fed Bernanke (Kamis), dapat memberikan support kepada indeks saham global pekan ini.

Technical Analysis:
Momentum kenaikan IHSG pekan ini terbatas karena signal negatif dari pola candle evening star dan signal divergence di volume dan MACD, meski secara keseluruhan IHSG masih berada dalam trend bullish karena masih berada dalam uptrend channel, penutupan masih diatas 5 & 10 week MA (2399 & 2352), telah menembus 76.4% FR 2838-1089 di 2,425, didukung indikator ADX masih memberikan signal buying dan stochastic flat, seharusnya masih mendukung perkiraan potensi penurunan pekan ini terbatas. Trend bullish IHSG masih terjaga selama ditutup mingguan diatas 2,323 (short-term) dan 2,152 (med-term) untuk target 2,500-2,545 (FR 123.6 2411-1889). Hitungan EW menunjukkan IHSG saat ini di subwave minuette 4/3 minor yang berada dalam intermediate wave IV / B.
Resistance: 2528.91/2503.70/2488.92/2463.72. PP 2453.29
Support : 2423.73/2402.88/2377.67/2352.46













Price
- Rp 30 52-weeks High 52-Weeks Low EPS P/E PBV Rekomendasi : Buy
Rp 550 Rp 680 Rp 150 Rp 5 116 1.59 Chart Valuasi & Konsensus
DILD

Saham PT. Intiland Development Tbk (DILD) yang merupakan saham yang memiliki spekulasi tinggi karena kenaikan yang signifikan dalam 1 bulan terakhir telah mendorong Bursa Efek Indonesia mensuspen perdagangan sebanyak 2 kali dalam 30 hari terakhir, meski masih memberikan peluang kenaikan dalam jangka pendek, karena perkiraan ekspansi dan kinerja perseroan di semester 2 009/2010 akan meningkatkan pendapatan perseroan. Sebelumnya dalam laporan keuangan semester 1 2009, DILD mengalami penurunan laba bersih sebesar 72.95% menjadi Rp 6.28 miliar dari Rp 24.48 miliar. Pendapatan bersih menurun 28.04% menjadi Rp 118.93 miliar, laba kotor turun menjadi Rp 78.07 miliar, anjlok 23.86%, pos laba kurs bersih anjlok menjadi Rp 297.67 miliar. DILD juga sebelumnya dilaporkan menyiapkan ekspansi bisnis cukup ambisius. Dalam 5 tahun ke depan, perseroan akan membangun 60 hotel di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Balikpapan dan Manado, membutuhkan dana sebesar Rp 2.4 - 2.7 triliun. Tahun ini DILD akan fokus garap 7 proyek, diantaranya pengembangan Ngoro Industrial Park tahap 2 dan Graha Famili di Jawa Timur, perumahan Talaga Bestari Tangerang. DILD juga sedang menggarap apartemen One Park Residences di Gandaria, Jakarta. Pemenuhan anggaran tujuh proyek itu dari anggaran belanja 2009 senilai Rp 300 miliar. Hal-hal tersebut mendorong rekomendasi Buy target Rp 700 dalam 3 bulan.

Konsensus analis target 12 bulan (N/A)

Price
- Rp 10 52-weeks High 52-Weeks Low EPS P/E PBV Rekomendasi : Buy
Rp 550 Rp 660 Rp 155 Rp 13.78 40.65 2.23 Chart Valuasi & Konsensus
SMRA

Saham PT. Summarecon Tbk (SMRA) layak untuk investasi jangka pendek, berkat prospek kinerja dan ekspansi perseroan yang solid di tahun 2009/2010, diikuti ekspektasi pemulihan ekonomi dan trend penurunan suku bunga KPR ikut membantu memberikan katalis positif untuk saham SMRA. Perseroan menyambut baik rencana penurunan suku bunga 14 bank di dalam negeri, dimana dapat meningkatkan pendapatan dan penjualan perseroan. SMRA di awal tahun 2010 akan membangun perumahan Kota Mandiri di Bekasi senilai Rp 1 triliun. Perseroan juga menargetkan pertumbuhan pendapatan di tahun 2009 sebesar 15%, pertumbuhan penjualan di 2010 akan berkisar antara 15% - 20% lebih tinggi dari tahun 2009. sebelumnya dalam laporan keuangan semester 1 2009, laba bersih SMRA anjlok 7.3% menjadi Rp 69.2 miliar, penjualan merosot 41% menjadi Rp 534.23 miliar. Sedangkan pada Juli 2009, penjualan SMRA telah mencapai target 75% dari total penjualan di tahun 2009. Imbas kenaikan harga tanah di lahan property milik perseroan meningkat (Kelapa Gading naik menjadi Rp 7,5 juta/m2, Serpong naik menjadi Rp 2,5-3 juta/m2), diikuti kontributor terbesar untuk pendapatan perseroan di 2 kawasan besar (Kelapa Gading dan Serpong). Valuasi saham yang menarik ikut mendorong rekomendasi Buy target Rp 750 dalam 3 bulan.

Konsensus Analis target 12 bulan (Rp 620)

Download UBI Weekly Newsletter Vol 292 Versi PDF

www.strategydesk.co.id
www.universalbroker.co.id (universal broker indonesia securities; code TF)
globalmarketstrategist.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Kalender Ekonomi & Event


Live Economic Calendar Powered by Forexpros - The Leading Financial Portal